Kamis, 09 Februari 2017

Pelajaran pertama

Artikel ini adalah lanjutan dari Sang Monster
"Argus menceritakan kepada Edward bahwa kejadian misterius di dunianya disebabkan oleh roh werewolf yang merasuki seseorang. Untuk menghadapi sang monster, Edward harus menguasai sebuah mantra."

"Wow.. Ini benar-benar keren. Aku benar-benar seorang penyihir." Bocahitu takjub tak percaya akan kejadian yang dialaminya. Tak pernah dalam mimpi terliarnya sekalipun, ia membayangkan dirinya sebagai seorang penyihir.
"Sekarang berlatihlah untuk tetap berkonsentrasi." Tiba-tiba Argus melayangkan telapak tangannya menghantam anak itu.



"BRAAK!!" Tanpa kuda-kuda yang kuat, Edward pun jatuh tersungkur ke tanah. Sinar di tangannya pun padam seketika.
"Aduhh.." Anak itu meringis kesakitan. "Apa maksudmu?!" Ia membentak marah sambil memegang pinggangnya yang sakit.
"Tak cukup hanya menguasai mantra. Kau harus melatih konsentrasimu dalam kondisi apapun." Argus membantu Edward berdiri lagi.

"Aku akan menyerangmu lagi. Cobalah untuk mempertahankan sinar itu selama mungkin."
"Heratz.." Edward merapal kembali mantra itu dan sinar kebiruan itupun kembali menyala. Sedetik kemudian, Argus kembali melayangkan sebuah serangan. Edward yang kini lebih siap berhasil menahan serangan itu, namun sapuan kaki Argus berikutnya tak mampu diantisipasinya. Anak itu pun jatuh lagi dan mantranya pun lenyap.

"Ini tidak masuk akal! Bagaimana mungkin aku dapat bertahan dari serangan seperti itu!"
"Yang kuinginkan bukanlah kemampuanmu bertahan dari serangan-seranganku. Melainkan konsentrasimu untuk tetap menjaga sinar itu tetap menyala. Sekarang cobalah untuk menyerangku. Aku tak akan menghindar." Argus pun merapal mantra yang sama dan bersiap menerima serangan dari Edward
"BUK!" Anak itu memukul Argus dengan keras, membuatnya jatuh tersungkur ke tanah. Anehnya sinar di tangannya masih menyala terang.

"Sekarang kau mengerti maksudku? Tidak semua serangan bisa kau hindari, tetapi berusahalah mempertahankan mantramu tetap aktif." Argus berdiri lagi sambil memegangi punggungnya yang sakit tanpa kehilangan mantranya.
"Kau membutuhkan konsentrasi yang jauh lebih tinggi saat merapalkan mantra. Dalam sebuah pertarungan, kesempatan itu seringkali tak datang dua kali. Mempertahankan mantra seharusnya jauh lebih mudah." Setelah itu, Argus pun memadamkan mantranya.

"Baiklah, aku mengerti." Edward kembali bersemangat. "Heratz!" Anak itu pun mengatupkan tangannya dan sinar kebiruan pun muncul kembali. "Aku siap." Ia pun memberi isyarat kepada Argus untuk mengujinya lagi. Tanpa ragu, Argus pun mendorong Edward dengan keras. Anak itu terhuyung namun tangannya masih sempat menahan tubuhnya yang limbung.. Sinar itu meredup, namun tidak lenyap. Setelah berhasil mendapatkan posisinya kembali, ia kembali terang.
"Bagus! Kau belajar dengan cepat.." Argus menepuk bahu Edward. "Kini saatnya kau selesaikan masalah di duniamu.

To be continue..

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar